Rabu, 19 Februari 2014

Ayah… Kisah Buya Hamka

 
Tidak banyak kisah yang dapat diceritakan oleh seorang anak terhadap orang tuanya, jika memang si anak menyembunyikan atau memang tak mau menceritakannya. Tidak banyak kisah yang dapat diceritakan oleh seorang anak terhadap orang tuanya, jika memang si anak menyembunyikan atau memang tak mau menceritakannya. Banyak kenangan-kenangan bersama orang tua namun tak banyak yang diingat dan banyak kejadian yang dialami seorang anak, namun tak banyak yang dituliskan di dalam sebuah buku. Bertanya dalam diri sendiri, “jika suatu saat nanti telah tua dan memiliki anak, mungkinkah mereka menceritakan kita kepada orang lain atau menuliskan kenangan-kenangan itu di dalam sebuah buku?”
Resensi buku Buya Hamka ini akan membuka sedikit kenangan-kenangan Buya Hamka kepada umat Muslim di Indonesia yang pernah mengenalnya. Buku Ayah… Kisah Buya Hamka ditulis oleh Irfan Hamka yang merupakan anak ke-5 dari Almarhum. Usianya memang tidak lagi muda, sekitar 70-an, namun memorinya masih sangat kuat, apalagi tentang ayahnya.
Cerita diawali saat Irfan berumur 5 tahun hingga sang Ayah menutup mata dan pergi selama-lamanya. Ia pun menceritakan sangat detail saat-saat Buya menghembuskan napas terakhir. Di dalam buku ini kita akan memandang Buya sebagai manusia, suami, pemimpin, guru, dan sosok teladan bagi keluarga dan masyarakat.
Buku Ayah Kisah Buya Hamka
Tak banyak orang tahu, bahwa Buya Hamka yang lahir di Maninjau pada tanggal 17 Februari 1908 adalah anak dari orang tua yang broken home. Masa kecilnya harus dilewati dengan berpindah-pindah. Pernah juga ia mengalami sakit cacar di seluruh tubuh. Bekas-bekas luka cacar di muka membuat saudara dan temannya di kampung menghinanya habis-habisan karena fisik yang buruk.
Pengalaman hidup membuatnya menjadi lebih tegar. Kesenangannya membaca membawanya untuk menuntut ilmu di tanah Jawa. Pendidikan yang tidak terlalu tinggi membuatnya ditolak di sekolah-sekolah saat ia melamar menjadi guru. Namun kegigihannya belajar membuatnya berkelana dari tanah Jawa hingga ke Mekkah. Dan akhirnya ia menerima gelar Honoris Causa dari Al-Azhar University Cairo serta menulis sebanyak 118 artikel dan buku (sastra islam, filosofi-sosial, roman, tasawuf, sejarah, biografi).
Banyak kisah lainnya tentang Buya Hamka yang menarik untuk dibaca, seperti kisah Buya yang menolak tawaran menjadi menteri dan duta besar, caranya menghadapi fitnah oleh pemerintah, dan kisah-kisah seru lainnya yang mungkin tidak akan pernah kita dengar selain dari orang-orang terdekatnya.
Di dalam buku ini, Irfan menceritakan tidak hanya dari sudut pandangnya sendiri, namun kisah-kisah yang ia dapatkan dari keluarga lainnya. Dengan membaca buku ini, melajar dari keteladanan Buya, kita dapat berkaca diri terhadap perbuatan kita sebagai manusia di dunia. Kita juga akan merasakan hasil manis dari perjuangannya membela kebenaran untuk orang banyak, khususnya umat Islam di Indonesia.
Buku Ayah… Kisah Buya Hamka bisa diperoleh di

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
www.maratulmutiah.blogspot.com
HAiiiiiii