Sabtu, 26 Januari 2013

Surat Cinta Untuk Ira



Bismillahirohmanirohim...(dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang)
Asslamualikum..wr...wr...
Senang rasanya Ibu ditakdirkan oleh Allah bisa bertemu dengan gadis yang saat ini mulai mekar sepertimu de’^_^,, semoga keberkahan Allah selalu tercurah kepadamu.,,semoga keimanan selalu menerangi hati dan hari-harimu, dan semoga suatu hari kelak kau menjadi apa yang selama ini kau cita-citakan..
Ira gadis cantik yang sholelah, Ibu memang tidak pernah mengalami apa yang kau rasakan de’ betapa beratnya menjalani hidup dengan takdir ayah dan ibu yang disaat kita masih membutuhkan kasih sayang mereka secara bersama, namun kenyataannya harus mendapatkan salah satunya saja...tapi begitulah hidup ini, itulah warnanya..., ia akan memiliki sebuah warna yang sangat indah jika Ira memandang semua yang terjadi di kehidupan Ira dapat menjadikan Ira tumbuh menjadi gadis yang tangguh dibandingkan dengan anak”mami”..,menjadikan Ira menjadi lebih dewasa dan menjadi contoh yang terlihat tegar didepan semuanya. Ada sebuah kutipan kata-kata bijaksana , “ ketika aku meminta sebuah bunga yang cantik, Allah memberiku katus berduri tajam, ketika Aku meminta sebuah binatang yang lucu, Allah memberiku sebuah Ulat berbulu,,, Allah selalu memberi apa yg kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan..Ibu sangat yakin ketika Ira masih dalam perut Ibunda pasti Ira tidak memesan kepada Allah untuk dilahirkan di sebuah keluarga yang kaya, terkenal, yang selamanya akan hidup berdampingan, damai dan tentram..., tapi Allah memilih seorang Ira tidakdirkan lahir dari seorang ayah dan Ibu yang akhirnya harus berpisah... Allah memilih Ira karena  Allah yakin sayang.. kalau Ira akan sanggup mejalani apa yang telah Allah takdirkan untuk Ira, jadi bukan Allah tidak sayang dengan Ira...,,
Ini Adalah salah satu catatan dari seorang yang juga memiliki takdir hidup yang sama dengan Ira....catatan ini hanya sebagian kecil dari catatan –catatan yang ibu temukan dari orang-orang yang memiliki kesamaan nasib sepertimu sayang..
Ku sadari, bukan hal mudah menjalani peran sebagai anak korban broken home. Hingga kemudian, saat kaki ini mulai terasa lelah menapak alur skenario hidup, dalam pemberhentianku di antara terik untuk sejenak mengusap peluh, aku belajar menatap titah hidupku dari perspektif lain, pada sudut pandang yang nampak terang, tanpa bayang kabut yang menghijabi kebeningan hati.
Meskipun,
Broken home menjadikan aku pincang tanpa seorang ayah, buta dan tuli tanpa kesempurnaan cinta seorang ibu.
Tapi…
Broken home mengajariku, tentang bagaimana aku harus memanage konsep ikhlas dalam penerimaan terhadap titahNya. Menerima kehilangan sebagai bentuk proses penempaanku untuk belajar mandiri menghadapi dinamika hidup, tidak terlalu bergantung pada sosok seorang ayah. Broken home menuntunku untuk semakin mendekat dengan ruang kesabaran dan membuka kesadaranku bahwa keluh tidaklah mampu meringankan beban yang menindih pundak. Hanya dengan mendekat, bercakap dan memohon pada-Nya kedamaian hati itu aku dapat.
Broken home… menjadi penyemangat dalam kesungguhanku menggapai mimpi, terus menanamkan sugesti bahwa kesuksesan tak kan mampu aku genggam tanpa kesungguhan dan tak pernah membiarkan kesemangatan ini meredup, terus menyala dalam pengharapan akan masa depan yang lebih baik.
Broken home menjadi cambuk pelecut, atas pemetaan masa depanku tentang bagaimana aku harus mulai mempersiapkan diri agar kelak keluargaku tak terurai seperti kedua orang tuaku. Menuntunku untuk senantiasa berbenah menjadi manusia berkualitas agar kelak menjadi seorang ibu shalihah yang mampu mendidik anak-anakku dengan cinta dan berjalan seiring dengan suami membentuk keluarga harmonis yang dekat dengan Rabbnya.
Broken home memproteksi hatiku, mematikan rasa agar senantiasa terjaga kesuciannya, tak tersentuh oleh sosok yang tak semestinya dan menanggalkan pengharapan dalam penantian yang keliru. Karena hanya Allah, Allah sang pemilik hati. Dia yang akan menentukan pada siapa esok hati ini akan tertaut membentuk ikatan suci.
Menjadi anak korban broken home karena Allah mencintaiku lebih dari yang lain, Allah menginginkan aku tumbuh menjadi individu tangguh yang senantiasa dekat denganNya.
Menjadi anak korban broken home? Kenapa harus menangis (lagi)??!
Jadilah sosok pribadi yang kuat, berubahlah untuk maju, Tebarkanlah benih cinta,kasih sayang dan kebaikan,hindari apa yg harus kita hindari,lakukan apa yg seharusnya kita lakukan dan lihat rasakan apa yg terjadi setelah itu, Dan setelah itu serahkan semuanya kepada Allah s.w.t
Sangat besar harapan Ibu, Ira bisa memiliki sebuah pemikiran yang sama seperti dari sebuah catatan seseorang yang barusan kau baca sayang..
Ira yang Lembut hatinya, Seorang gadis yang nantinya akan menjadi seorang Ibu... jadikan pengalaman hidup yang engkau dapatkan ini menjadikan dirimu menjadi sesosok Ibu yang tidak akan mengulangi apa yang Engkau pernah rasakan sekarang, berusahalah sekuat tenaga untuk mempertahankan keutuhan rumah tanggamu kelak de’ Doa Ibu selalu ada untuk mu sayang...^_^
De’ Ibu Menghadihkanmu sebuah Al-Quran ini untuk menjadi temanmu sayang, karena kau akan mengdapatkan ketenagan dan ketentraman hati jika membacanya, jika sekarang Ira belum bisa membaca Al-Quran.., Bacalah Artinya saja dulu, sambil belajar membaca huruf Hijaiah...Ira sholehah, jangan jadikan apa yang telah Allah takdirkan untuk hidupmu menjadikan engkau harus melampiaskannya dengan melakukan hal-hal yang tidak baik ya Sayang...pandai –pandailah dalam beteman dan bergaul, jagalah ucapan dan tingkahlaku... Ibu merharap sekali, suatu hari nanti ketika ibu ditakdirkan bertemu dengan Ira, Ibu melihat Ira mengunakan Jilbab dan menjadi seorang gadis yang lebih sholehah dari sekarang..... Amiinn...jika ada yang Ira ingin tanyakan dan keluhkan Ibu dengan tangan terbuka siap mendengarkan apa yang Ira rasakan dan ceritakan
Selamat menjadi Ira yang lebih Baik Sayang....
Wassalamualikum..wr..wb...
                                                                                   Samarinda, 15 November 2012 ,,21: 50
Mar'atul Muti'ah,sebuah memori tentang PPL

“ Jangan Berhenti...”



By: IMAD AQL 
“ Ass.Wr.Wb Ustadz, apa kabar. Smoga ust skeluarga dalam sehat & lindungan Allah SWT. Tiba- tiba ana kangen dengan ustadz, pingin dengar taujih2, bahasan2 dari ustadz. Soal jemb kukar  yang runtuh misalnya. Afwan nganggu.”
            Itulah   SMS yang aku kirimkan ke beliau (dalam HP ku tulis nama beliau dengan “ Caknur”) pada tanggal 18 Desember 2011 pukul 04. 56 yang sampai sekarang 5 januari 2012 masih kusimpan. SMS  itu tidak di balas oleh beliau , aku membantin mungkin beliau sibuk, karena aku tahu beliau orangnya super sibuk . Itu Sebabnya di SMS itu kuakhiri dengan afwan nganggu.
          Itu memang kebiasaan ku, aku menghubungi beliau ketika menurutku ada peristiwa menarik , men-sejarah , seperti SMS ku itu tentang jembatan kukar yang runtuh. Aku puas, mendengar beliau mengupas peristiwa/ masalah yang kutanyakan dimana aku bisa membandingkannya dengan kabar berita yang kuketahui lewat berbagai media.
          Aku ingat, ulasan , arahan beliau ketika aku menanyakan tentang kepergian ibu Sri Mulyani ke luar negeri terkait dengan Bank Century tempo hari . Beberapa point menjadi catatanku , plong rasanya . Benar-benar bahasan yang bernuansa Robbani , Universal dan menentramkan. Sebenarnya kepadaku beliau jarang berkirim SMS  (aku maklum) , kecuali aku mendahului meng SMS beliau dan beliau membalasnya. Seperti SMS ku soal ibu Sri Mulyani dan Bank Century tadi.Namun suatu hari , entah mengapa beliau meng SMS ku, isi SMS itu kutipan dari perkataan ulama, agaknya ulama / syaikh dari Timur Tengah yang bunyinya : kata Syaikh Akhmad Rasyid : La rahata Li du’at Illa Ba’dal mamat. ( Tidak ada istirahat bagi seorang du’at, kecuali ajal telah tiba)
        Beliau memang tidak berkata – kata , tidak berucap kepadaku , namun  aku merasakan dengan segala kenanganku kepada beliau , seakan – akan beliau berpesan “ jangan berhenti... jangan berhenti... jangan berhenti....”
        Saat pertama kali aku mengetahui beliau masuk rumah sakit , aku gelisah , berdo’a untuk kesembuhan beliau pada tiap kesempatan , juga mengirim SMS ke beberapa teman lama yang sudah berjauhan pulau dan kota serta  lama tidak jumpa , memberitahuan tentang sakitnya beliau  dan mohon do’a kesembuhan untuk beliau .
          Aku ingin menengoknya tapi belum punya waktu yang pas. Agar ku mengetahui perkembangan sakit beliaun , aku menghubungi banyak kawan di Samarinda,  tiga orang diantaranya kujadikan “titik pantau” ku . Ku kirimkan SMS kepada ketigannya ( Ust. Ramlan, Ust. Munir, dan Adik Cholid) sebagai berikut : “ Tolong, kirimi aku terus perkembangan ustasz Nurhuda” pintaku.
        Aku harus kesana, jangan sampai aku menyesal. Ketika kesempatan itu ada , aku menjenguk beliau ke RS di Balikpapan.Diruang tunggu sela aku bertemu dokter Haris, beberapa ibu dan istri beliau , Ibu Win. Saat giliranku keruang beliau berbaring, kulihat ibunda beliau berdiri samping putranya. Kupandangi wajah beliau , kepegangi kaki beliau dan berdo’a.
        Agak aneh, didepan beliau aku tidak bisa menangis . Mungkin, pertama , aku ingin beliau benar – benar bisa sembuh, berharap bisa sembuh. “Kita masih akan terus bersama ustadz “ bisikku dihati.   Kedua,  aku tak ingin beliau berkata : “ Jangan cengeng akhi, jangan gampang menyerah . Aku tidak ingin beliau kecewa .
        Kupandangi wajah beliau sekali lagi, aku jadi teringat dengan tulisan seorang ustadz” Biarlah kelelahan itu lelah sendiri mengejar kita”.  Ya, kelelahan itu lelah mengejar beliau, beliau tidak terkejar oleh kelelahan.
       Disaat aku menulis naskah ini dan disaat doa- doa ku untuk beliau sebelumnya aku menangis, terlebih ketika kami mau pulang dari pemakaman beliau , aku merasakan menangis seperti anak kecil sampai – sampai badanku dipegangi oleh ustadz Abdul Malik, kukatakan pada diriku ini sebuah fakta.

“ Ustadz aku ingat pesan – pesanmu....
Akan kuteruskan perjuanganmu......
Kembalilah kepada Rabbmu......Kelak kita akan bertemu. Kita akan bertemu” 

Kamis, 24 Januari 2013

Kipas Angin

Apa malam ini begitu senyap?gak juga, ada suara kipas angin dan masih terdengar motor yang seliweran di depan kos... mata masih belum mau tertutup dan Alhamdulillah buku Tarbiyah madal Hayah yang kemarin aq beli, barusan aq selesein... subhanaullah...cerita2 didalemnya... semoga benar2 bisa meri'ayah.sesuatu yang cukup menarik, yang judulnya Surat Cinta Muthi Buat Ummi dan Abi,(hampir mirip nama tokoh yang nulis dengan namaq..heheh^_^) dulu aq juga pernah merasakan hal yang sama yang pernah dialami oleh sebagian anak yang ditakdirkan oleh Allah lahir dari orang tua yang tarbiyah, pertanyaan yang kalo aq inget2.. aneh plus lucu juga sih," kenapa sih aq harus dilahirin di keluarga tarbiyah?,kan gak asik " sebuah pertanyaan yang sering banget muncul kalo Abi / Umi sering kali menyuruh aq untuk melaluin ini atau itu, tidak boleh ini, dan tidak boleh itu, harus ini dan harus itu.Harusnya aq bersyukur dong ya... aneh memang yah itu dulu masa2 SMP-SMA,tentu aja itu perasaanq berdasar lah.., salah satunya,,abi dan umi sudah mengajariku untuk membaca al-matsurat ketika aq masih SD,, waktu itu aq masih baca yang petang aja ,yang paginya belom.tentu itu sebuah tahapan untuk mencapai sebuah tujuan.." membaca Al-matsurat dari awal sampe akhir dan kalo bisa al-matsurat Kubro"kenapa aq sudah disuruh? temenq yang orang tuanya jg ikhwah, blm disuruh tuh,!belum lagi waktu itu umiq kan liqonya hari ahad, waktu jaman dulu liqo musti sembunyi2..bahasa kerenya masih mihwar tanzhimi.t taon sembilan puluan lah kira2, suatu hari ada temen umi nanya ke aku "umi dimana" aq bilang kalo umi lagi liqo.. terus aq ditegur dah sama abi... kenapa coba musti sembunyai2.. ? hehe masih culun.yang lainnya, waktu jamanya masih PK aq masih SD terus diajakin sama umi ikut kampanye, abi g ikut soalnya abi....(TIT)... jadi emang g bisa ikut.. nah waktu itu aq semangat banget... g tau juga kenapa semangatnya membara banget sampe2 pas umi minta tolong ke aku bwt beli sesuatu diwarung aq pake ikat kepala PK terus bendera PK aku tancepin di sepeda, tapi itu masih SD.. nah pas SMP aq udah mulai berubah, fikiranq mule agak2 belok,,kalo abi nyuruh aq ikut dateng di kampanya...ih rasanya males banget, ngapain juga siang2 ,panas2 dateng kampanya..aq gak mau ikut sampe abi terus2 menjajaliku petuah2, mulai dari untuk menambah masa suapa keliatan banyak lah sampe sesuatu hal yang g ngerti... yang jelas aq akhirnya meski waktu itu masih agak terpaksa,, aq ikut kampanya..(bersambung.. udah malem saatnya Zzzzz)

Rabu, 23 Januari 2013

Surat Cinta Muthi Buat Ummi dan Abi

Ummi dan Abi yang Muthi sayangi….
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang senantiasa menebarkan rahmah yang melampaui apa yang dibutuhkan hamba-Nya,
Apa kabar Ummi dan Abi? Semoga dalam keadaan sehat, selalu saling cinta dan bermanfaat bagi sesama. Muthi disini sehat, dalam keadaan baik dan sedang sibuk banget dengan urusan kampus. Alhamdulillah, praktikum sudah selesai dan sore ini Muthi kosong. Doakan Muthi selalu dalam amal saleh ya!
Jauh dari Umi dan Abi seperti ini, membuat muthi memiliki timbunan rasa kangen yang menggunung, Di bayangan Muthi, berkelebat segala renik masa lalu yang sekarang ini membuat Muthi selalu bisa tersenyum. Meski dengan masa itu, Muthi terkadang merasa tak nyaman dan merasa tertekan.
Ummi ingat, Muthi sering kali bete, karena Muthi selalu disangkut-pautkan dengan ”nama besar” Ummi dan Abi, setiap kali Muthi dipandang tak layak berperilaku sebagai anak ikhwah, Muthi akan cemberut dan menyesal mengapa Muthi keluar dari rahim Ummi. Bukankah Muthi tak pernah memilih dilahirkan siapa?
Ingatkah saat Muthi mogok sekolah waktu SD dulu? Guru Muthi akan bilang, masak sih anaknya Ustadz Fahri gampang ngambek? Apa hubungannya ngambeknya Muthi dengan Abi? Lalu ketika Muthi memilih memakai celana jeans dari pada rok panjang, amah yang lain akan bilang, Muthi, lihatlah Ummi Muthi, betapa anggunnya beliau dengan gamisnya, mengapa Muthi memilih memilih celana jeans ketat? Mengapa amah tak pernah bertanya betapa ribetnya Muthi kalau harus memakai rok, apalagi gamis, padahal Muthi hobi berlari dan suka memanjat pohon di belakang rumah? Belum lagi urusan kerudung, yang kekecilanlah, yang ga diikatlah, yang nggak berwarna noraklah, yang tak boleh tipislah. Muthi ingi seperti teman-teman Muthi yang lain, yang orang tuanya bukan ikhwah, mereka lebih bebas mengekspresikan dirinya.
Ummi dan Abi sayang, ingatkah Ummi waktu guru Bahasa Indonesia Muthi kala SMP menangis saat membaca puisi yang Muthi tulis? Muthi sudah mulai lupa redaksinya, yang jelas, puisi itu tentang Ummi...
Secawan Tambatan Kasih, untuk Bunda Tercinta
“Ketika matahari pagi menyapa kulitku, lembut, tahukah kau, betapa sesungguhnya, aku sangat ingin membagikan kehangatan untukmu, Bunda...
Agar kau tahu, di setiap yang menghasrati raguku, engkaulah yang mengisinya dengan nyawa doamu
Maka, tapak kakiku adalah cinta yang menuntunku untuk sampai ke jalanmu
Maka indra ragawiku adalah dian pelita yang mengikatku pada harapmu
Maka, setiap nafasku telah tertebat dalam rengkuhmu,
Maka, keelokanku adalah darah yang kau bersihkan dari nyeri dan pilu yang menderamu...
Engkau adalah cinta tak bertepi, saat kupejamkan mata, maka ia adalah benteng naungan yang melindungku dari kesatnya kehampaan,
Engkau adalah ruh yang terus hidup, saat mataku terbuka, maka lautan senyawanya menarikku dalam geraknya...
Engkau adalah kata tak terucap, tatapanmu adalah titah yang menyulut bara apinya,
Engkau adalah samudra tak terbatas, yang melibas setiap kekhilafanku menjadi kealiman tak bernanah dan berbau, redam oleh tangkalannya,
Maka Bunda, biarkan aku menuang madu berzaitun dalam bejana kalbumu, dan selaksa tasbih mengiringi dalam setiap peluknya,
Relakan diri untuk guyuran sutra berteratai yang mewadahi embunnya, agar tak ada lagi didih hati milikmu yang yang memberang karena fitnahku,
Karena Bunda, biarkan engkau menjadi harta tak ternilaiku, yang mengecupku saat bangunku, yang menyelimutiku saat tidurku, yang membarengiku dalam jagaku, yang memautku dalam resahku,
Karena aku hanya punya engkau, tak ada yang lain, dalam hidupku, dalam cintaku...”
Ummi ingat, Bu Firda, Guru Muthi itu, menangis saat membaca puisi itu dan bercerita ke Bu Bustani, Wali Kelas Muthi, “Bu, benar ya Muthi, anak sepintar dia (ehm...ehm...Muthi nggak GR lho Ummi), sudah tak punya ayah? Saya mau mengangkatnya jadi anak. Lalu bagaimana kesehariannya?”
Bu Bustani kaget, “Lho ibu tahu dari mana?”
Bu Firda menunjukkan puisi Muthi. Bu Bustani tersenyum. “Muthi masih punya ayah, Bu. Munkin ini ungkapan hatinya tentang kedekatan dengan Umminya dan ia menganggap ayahnya berjarak, karena kesibukannya.”
Maafkan Muthi ya, Abi. Muthi waktu itu, memang merasa tak dekat dengan Abi. Abi sibuk, selalu serius, tak pernah mengajak Muthi bercanda, meski Abi ga galak juga sebenarnya. Abi ingat kan waktu Muthi SMU dan Muthi ikut ekskul pecinta alam? Muthi ingin banget mendaki gunung. Muthi lihat foto Ummi waktu SMA, bahkan Ummi belum memakai kerudung waktu Ummi ada di Puncak Garuda di Gunung Merapi. Abi marah besar waktu itu, mengancam Muthi tak diberi uang saku. Ada apa sih Bi? Bukankah tak ada yang salah dengan pecinta alam? Mengapa Ummi boleh sama Eyang waktu itu? “Umm naik gunung dengan Pakde Muth!” itu penjelasanya. Tapi itu tidak memuaskan Muthi.
Itu yang sering kali membuat Muthi bingung. Kita dididik dalam suasana serba seragam. Sejak kecil sekolah Muthi sekolah IT. Teman-teman Muthi adalah anak-anak teman-teman Abi dan Ummi. Guru-guru juga punya pengharapan besar bahwa kami akan lebih mudah dididik dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Mereka tak salah, tapi, realitasnya tidak begitu. Justru, anak-anak itu adalah anak-anak paling heboh di kelas, naik ke atas meja, belajar sambil jalan-jalan, suka memprotes. Sementara anak-anak lain, lebih santun kepada guru. Karena mereka benar-benar guru, bukan ‘teman Ummi dan Abi”
Muthi ingat, saat Muthi ditanya, apa cita-cita Muthi nanti oleh Bu Guru, di dalan hati, Muthi bilang, asal tak seperti Ummi dan Abi. Muthi tak ingin kesibukan Muthi menelantarkan anak-anak Muthi. Muthi juga tak mau beranak banyak. Rasanya repot sekali. Sebagai anak pertama Muthi sering kali merasa terganggu dengan tingkah mereka. Membuat tugas sekolah Muthi sampai sobek dan Muthi harus mengulanginya sambil mengomel dan menangis. Mengotori kamar Muthi dengan sampah berserakan dan Muthi juga harus membereskannya. Mengantar mereka ke kamar mandi dan membersihkan najisnya kala Ummi dan Abi pergi. Harus rela berbagi kue. Ah, bahkan waktu itu, Muthi sempat berpikir untuk tak usah menikah, agar Muthi bisa bebas berkarier dan menjadi diri Muthi sendiri, tanpa harus direpotkan oleh orang lain.
Semakin besar, Muthi semakin tahu, betapa sesungguhnya kesibukan Ummi dan Abi adalah kesibukan dakwah yang mencerahkan peradaban. Tetapi, kami anak-anak Ummi dan Abi, adalah objek dakwah yang membutuhkan pencerahan itu juga. Sayangnya, target-atrget pribadi Ummi dan Abi miliki, terkadang tidak menyertakan kami dalam prioritasnya. Itu yang sering membuat Muthi sedih. Maaf lho, tidak selalu begitu, tapi ini beberapa ceritanya :
Abi-Ummi ingat kan dengan Fardan, anak Ami Baskoro? Kami sama-sama di SMPIT waktu itu. Selepas SMA kami berpisah. Fardan dimasukkan di SMA Negeri yang memungkinkannya masuk dengan nilainya. Sayangnya ia seperti burung yang terbebas dari sangkarnya. Lingkungan telah menyeretnya tanpa ia bisa menggigit akar pohon kepribadiannya. Muthi terperanjat ketika Muthi tahu, tak berapa lama, Fardan berpacaran, membawa pacarnya ke rumah, berboncengan motor tanpa rasa risi, tak malu lagi ketika ditegur. Ia bilang ke Umminya, “Mengapa sih Ummi ini tidak menjadi ibu-ibu kebanyakan, yang tidak kolot dan memahami dunia anak muda?” Apa yang mesti dikatakan Umminya? Bukankah sudah ada cerita, yang hamil diluar nikah?
Belum lagi anak-anak yang lain, yang kenakalannya masih bisa dilihat mata, merokok, membolos, narkoba. Ya Allah, bukankah orang tua mereka adalah orang-orang yang berada di garda terdepan yang berusaha membaktikan seluruh dirinya untuk kebaikan? Betapa kagetnya mereka, melihat putra kebanggaannya sakau karena obat jahanam itu?
Ummi-Abi ingat juga kan Fiddin, putri Ami Yudistira? Baru saja ia mundur dari kampus. Ia tak berniat lagi meneruskan kuliahnya. Ia bilang ingin pindah ke kampus lain. Padahal kan tak sembarang anak bisa masuk di PTN ini? Dulu, sewaktu Ami Yudis menelepon Muthi dan menitipkan Fiddin agar Fiddin masih bisa meneruskan tarbiyahnya, di kampus ini, Muthi menyanggupinya dengan senang hati. Menolong mereka ibarat menolong dakwah dan memperingan beban. Tetapi ummi, tahukah Ummi, betapa sulitnya? Setiap janjian, Fiddin selalu mengelak, ia bilang ada di perpustakaan, Muthi cari di sana. Sebentar kemudian ia bilang sudah ada di Kopma, selalu begitu, yang mendadak ketemu dosen, ada kuliah tambahan, ada tugas yang harus segera selesai. Muthi datangi kosnya, tak pernah ketemu juga. Sekalinya ketemu ia bilang mau datang, ditunggu tak datang juga. Sudah sesemester ia tak datang halaqoh. Tiba-tiba ia SMS mau mengundurkan diri dari kampus. Pasalnya? Ternyata ia terlambat registrasi, dimarahi oleh BAAK dan dosennya. Ia bete, tak mau mengurusnya dengan lebih sungguh-sungguh. Masya Allah, Ummi mengapa anak ikhwah tak tertulari kadar perjuangan jiddiyah yang dimiliki oleh orang tuannya? Mengapa mereka gampang menyerah?
Baru saja di kampus Muthi diadakan PEMIRA (Pemilu Raya Mahasiswa), untuk memilih presiden BEM Universitas. Yang menang sih teman Muthi juga, Azzam Al-Munadi, meski suara partai kami menurun dibanding tahun kemarin. Menarinya Ummi, ada salah seorang putra ustadz yang berseberangan dengan partai kita. Ia bilang, ia sudah tahu luar dalamnya kita, ia adalah putra pendiri dakwah, ia tak ingin berada bersama kita, ia ingin berbeda dengan ayahnya. Ia berada bersama teman-teman yang memperjuangkan ideologi nasionalis sebagai dasar pergerakannya. Muthi tak tahu, semoga saja sholat wajibnya masih terjaga. Bukankah banyak di antara mereka yang merokok di siang hari saat bulan Ramadhan?
Ummi dan Abi, Muthi bersyukur punya kalian. Muthi selalu lihat Ummi dan Abi saling bertatapan. Muthi tahu, kalian sedang bertukar kasih. Muthi juga tahu, Ummi tak membantah kata-kata Abi di depan kami, anak-anak Ummi. Ummi selalu diam saat Abi sedang cemberut. Begitu juga Abi saat Ummi marah, Abi mengirimi Ummi SMS mesra permintaan maaf. Muthi sempat membacanya tanpa sepengetahuan Ummi dan Muthi ikut tersipu. Ummi pula yang setiap Abi datang kelelahan di malah hari, merelakan meletakkan rasa lelahnya juga agar berkhidmat untuk Abi. Muthi melihat itu.
Muthi ingat saat Tsuraya, teman SMP Muthi mengerut ketakutan di belakang lemari, saat ia melihat Abinya memarahi ibunya. Gara-gara Ummi Tsuraya melihat foto mahasiswa Abinya yang disimpan di buku agenda dan menjadi back screen laptop pribadinya. Firasat ibunya mengatakan, hubungan antar mereka bukan lagi hubungan Dosen dan Mahasiswi yang saling bersinergi karena ikatan prestasi, tetapi lebih jauh dari itu. Meski Abinya bilang, ia membiayai mahasiswanya dan menjadikannya sebagai anak angkat karena anak itu cerdas dan tidak mampu. Tetapi Ummi Tsuraya tidak bisa dibohongi. Hubungan telepon Abinya sudah menjadi penanda. Tsuraya berontak, ia lari dari rumah. Ia ingin Abinya tak marah-marah tiap hari. Ia ingin Umminya berani dan tidak diam saja. Ia ingin Umminya melaporkan Abinya ke Rektorat agar Abinya mendapat sanksi. Tetapi Umminya tak mau lakukan itu. Ia rela berkorban kebahagiaan dirinya untuk kesenangan Abinya. Kami sekelas yang kerepotan saat harus mencari Tsuraya ke sana kemari. Alhamduillah, kasus itu akhirnya berhenti. Tapi Tsuraya terlanjur terluka.
Muthi juga ingat dengan teman main Muthi sedari kecil, Rijal, bekali-kali ia merepotkan orang tuanya untuk datang ke sekolahnya karena ia asyik main di Game Online sampai berhari-hari, bahkan tidur pun cuma sesaat di sana dan ia lupa ia punya kewajiban sekolah. Ia sudah kecanduan. Orang tuanya perlu mengajaknya ke ahli untuk diterapi.
Ummi dan Abi, ini Cuma sekedar potret, Muthi yakin ibarat pantai di tepi laut, butiran pasir yang membukit jauh lebih banyak jumlahnya dibanding sampah yang berserakan. Orang tak boleh bilang pantai itu melulu berisi sampah, karena ia lebih banyak mengandung pasir yang bersih dibanding kotorannya. Tetapi orang suka memotret perkeculiannya. Padahal jumlah anak yang saleh dari ikhwah yang iltizam, jauh lebih banyak, tetapi mereka tak terekspos.
Baru saja Muthi membaca buku Sepuluh Bintang Penghafal Al-Qur’an, diceritakan disitu bagaimana Bu Wiwik dan Pak Tamim, membuktikan bahwa kesibukan mereka di jalan dakwah, bertugas dari pulau ke pulau, menunaikan amanah, mengetuai wajihah ‘Salimah’ se-indonesia dan ‘Aliansi Selamatkan Anak Indonesia’, tak menghalanginya untuk mendidik putra-putri mereka agar mereka bisa mewarisi dakwah dan memperbaikinya jauh lebih baik dari orang tuanya.
Bu Ledia Hanifa juga baru saja bercerita. Ia mengirim putranya bersama beberapa temanya ke Palestina, lewat Al-Arish, melalui lorong-lorong tikus karena tak diizinkan masuk lewat jalan resmi, mereka bisa menghirup napas jihad karena mereka mendengar berondongan peluru sesekali dan membawa semangat itu ke negeri tercinta. Mereka anak-anak ikhwah.

Ummi juga masih ingat kan cerita tentang Afifah Cholid? Gurunya bilang, ia anak berkepribadian lengkap, cerdas otaknya, beberapa kali menang Olimpiade Sains, tertata emosinya, santun, Sederhana, mudah berkorban bagi temannya. Lihatlah ketika ia tertinggal sholat berjamaah, jika melihat teman di sampingnya tak bersajadah, maka ia bentangkan sajadahnya untuknya, dan ia sendiri tak mengapa tak bersajadah. Ia suka menolong, tak pelit membagi ilmu, lulusan terbaik di kabupaten, sampai sekarang ia masih rajin mengaji. Abinya menjadi Murobbi baginya. Semoga ia istiqomah sampai ke depannya.
Ummi–Abi juga masih ingat Faros kan, teman TK Muthia? Ia memilih masuk ke pesantren tanpa paksaan dari oramh tuanya, agar ia bisa menjadi Ustadz seperti Pakdenya dan meneruskan mengurus pesantren milik Simbah Kakungnya.
Kita juga pernah mengenal Hizbullah kan Mi? Waktu kecilnya kita memanggilnya Ibung, putra Bu Nung Azizah dan Pak Yazi, ia melanglang buana, ke Beijing, ke Singapura dan beberapa tempat lainnya, sejak ia SMA, karena hasil kerja kerasnya. Ia menang berkali-kali di Olimpiade Fisika. Sekarang ia kuliah dengan beasiswa di Institut paling bergensi di negara ini. Ntuk menjadi seperti itu, ia tak pernah mengorbankan masa remajanya untuk memberontak,
Ummi juga ingat Ilham kan? Putra Ami Saleh yang sudah lebih dahulu menghadap Allah. Saat Umminya divonis kanker rahim, Ilham mengorbankan banyak hal dari dirinya agar ia bisa berkhidmat untuk bndanya. Ia rela tak kuliah, tak beraktifitas.
Muthi dan teman-teman menangis saat menengok bundanya. Dokter menyerah, bundanya pun dipulanglan ke rumah, tak lagi dirawat di rumah sakit. Iham benar-benar berbakti di saat-saat terakhir bundanya. Ia tak segan menggantikan baju ibunya, menyapinya, mengelap keringatnya, membasuh luka di punggungnya karena ibunya laba terbaring di pembaringan, membelai tubuh ibunya, mengaj di sampingnya. Sementara kakak perempuannya mengerjakan banyak hal yang lain, mencuci, memasak, memersiapkan kebutuhan sehari-harinya.
Ia juga menjadi wali bagi kakaknya saat sang kakak menikah karena Umminya menghendaki sang kakak segera menikah, di depan pembaringan Umminya, sebulan sebelum Umminya meninggal. Meski keluarga besarnya memarahinya, mengapa menikah di saat Umminya masih sakit, seperti orang yang tak tahu membedakan mana kebahagiaan mana kesedihan. Tapi Ilham tak pedulikan itu, ia dahulukan ridha sang Ibu.
Ilham bukan anak sembarangan Ummi, ia ketua wajihah dakwah di kampus, ia juga aktif di unit kampus. Ia lembut tapi tegas, tak pernah membentak-bentak akhwat. Saat ibunya meninggal, Ilham sedang syuro karena Umminya mengizinkan dan memaksa Ilham memenuhi amanahnya. Tak melulu bersama Umminya. Dan Ilham anak Ikhwah....(Ummi jangan berpikir Muthi naksir lho ya, harapan Muthi sih, Muthi nanti menikah di jalan dakwah, sama seperti Ummi dan Abi. Apa Ummi sudah ada calon untuk Muthi? Nanti ya, dua atau tiga tahun lagi ya, sekarang Muthi sedang sibuk banget jadi ADK, Aktifis Dakwah Kampus, he...he...he...)
Muthi yakin Ummi, masih banyak anak ikhwah yang jauh lebih baik. Bila saat ini mereka masih sibuk berlarian, sesungguhnya mereka sudah tau jalan kembali. Sama seperti Muthi, Ummi. Ummi dan Abi bagaikan magnet bagi Muthi, doa robithah Ummi menjaga Muthi, shalat malam Ummi menaungi Muthi, dakwah Abi dan Ummi ke orang lain terpancar sampai ke hati Muthi.
Maafkan Muthi bila Muthi dulu sempat berontak, alhamdulillah, keputusan Ummi untuk menjadikan Muthi teman sejati, mendengarkan Muthi cerita, tak memotong begitu saja kejahiliahan Muthi, mengajari Muthi mandiri dan memberi Muthi kepercayaan, membuat Muthi terjaga dan terpeluk hidayah. Muthi sudah melewati masa kritis itu, semoga adik-adik juga begitu. Muthi yakin Ummi dan Abi jauh lebih berpengalaman menghadapi hal ini.
Ummi-Abi, Muthi mau bersiap-siap mengisi liqo’ untuk adik-adik binaan Muthi, besok pagi usai subuh. Jadwal kuliah yang padat memaksa kita mesti pintar menyiasati waktu. Doakan Muthi ya. Muthi ingin keluarga kita dibariskan dalam barisan dakwah dalam jamah kebenaran. Muthi ingin, sampai kapanpun, kita saling mewarisi sampai anak cucu kita...
Diambil dari buku “Tarbiyah Madal Hayah, Chicken Soup For Tarbiyah”.........

Senin, 21 Januari 2013

Diantara Sunyinya Kamar Kos

Sudah 2 pekan lebih Amalia Pulkam,, enaknya pang.. lama bujur liburan  semester bubuhannya sekarang, alhamdulillahnya di kos gak cuma sendiri,,, sepi juga, cuma suara kicauan TVone di hp nexcomq...gak kerasa bentar lagi akan memasuki akhir bulan januari. dan saat yang paling ditunggu adalah apakah ma'had Bin Ali tempat dimana aq pengen kuliah bahasa Arab dibuka atau g? karena kabar terakhir masih kurang lima rang lagi baru kelas untuk semester ini dibuka... Aih.... bubuhannya... atau siapalah yang berdomisili di samarinda... yang udah lulus SMA,,, mau masih kuliah ato udh lulus, masih gadis ato udah jadi emak2... ayok naaa kuliah di Ma'had Hasan Bin Ali....kalo sampe pada keputusan final kuliah semester tahun ini aq harus susun rencana lagiiii...... Abiii,, aku pengen kursus jahitnya sekarang aja ya bi,,, meskipun belum lulus kuliahnya...Pliiiiiiiiiissss bi... habis udah geregetan ngeliat sesuatu yang yang pengen aq buat-buat... aihhhh............

HIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII

Akhirnya... selesai sudah hubungan  gigiku dengan dokter gigi makasih Allah melalui drg Putra S.KG... ,Engkau udh bwt gigiku gak sakit lagi,makasih ya dokter ,setelah tiga kali musti bolak-balik skrng, udah g kesana lagi....kalo di inget -inget waktu sakit bikin gemes, yang sakit cuma satu gigi,tapi rasanya semuanya dah sakit bujur kammmmT_T, maunya semuanya aq cabut... kagak tahannnnnnnn...,gak karuanlah sakitnya sampe berapa sendok garem yang sudah q pake buat kumur2, udah berapa obat yang kuminum, tapi tetep aja....masya Allah dah rasanya... pas nyampe di drg, aq manunya dicabut aja sekalian biar g kambuh, tapi abiku malah minta supaya gak dicabut aja..... hedeh  -__-..abi bilang biar aku ikut merasakan perkembangan teknologi, yaudahlah aq jalani aja...yang terakhir aq baru pulang sampe jam setengah spuluh baru pulang... antrinya coy..

ADAB AL-ISTI’DZAN

Tujuan Instruksional
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Komitmen dengan adab meminta izin
2. Memahami bahwa meminta izin adalah bagian dari suluk tandzhimi
3. Membiasakan meminta izin dalam segala hal

Meminta izin sekilas tampaknya sepele, padahal sangat penting pengaruhnya bagi kedisiplinan, keteraturan, kejelasan kabar dan informasi dsb. Hal itu sangat diperlukan dalam kehidupan berjamaah, agar kegiatan dakwah dapat berjalan dengan lancar, terevaluasi dan efektif.


Meminta izin dalam Islam
Islam sebagai dien yang lengkap dan sempurna tentunya tidak akan alpa mengatur sekecil apapun urusan hidup dan kehidupan manusia. Hal itu telah jelas diatur dan dijamin oleh pemiliknya, yaitu Allah SWT. Dari urusan yang paling ringan sampai kepada urusan yang paling berat sekalipun (menurut ukuran manusia), semuanya diatur di dalam Islam, termasuk juga dalam masalah izin dan perizinan.
Allah SWT di dalam Kitab Nya yang suci, telah mengatur masalah ini, baik sebagai etika dalam hubungan sosial kemasyarakatan seperti :
o Etika meminta izin: 24:27, 24:28, 24:58, 24:59, 33:53
o Lafaz dan cara meminta izin: 24:61
o Meminta izin untuk menghindari pandangan (yang dilarang): 24:58
o Meminta izin di hotel dan tempat-tempat umum: 24:29
o Meminta izin ketika akan keluar: 24:62
Sampai kepada hal yang terkait dengan urusan yang sulit, seperti dalam hal peperangan, jihad atau kerja besar lainnya, QS. at-Taubah : 44-45, 83; an-Nuur : 62-63
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat." QS. 24:27

"Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. " QS. 24:28

Bagaimana para sahabat ra. Memberikan contoh tentang masalah ini?
Dari Abu Musa ra., ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda: "Minta izin itu sampai tiga kali. Apabila diizinkan, maka masuklah kamu, dan apabila tidak diizinkan, maka pulanglah kamu" (HR. Bukhari-Muslim)
Dari Sahal bin Sa'ad ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya minta izin itu dijadikan ketentuan karena untuk menjaga pandangan mata." (HR. Bukhari-Muslim)
Dari Kildah bin Hanbal ra., ia berkata: "Saya datang ke rumah Nabi saw. Dan langsung masuk tanpa mengcapkan salam, kemudian Nabi saw. Bersabda: "Kembalilah, dan ucapkanlah: "Assalaamu'alaikum, bolehkan saya masuk?"
(HR.Abu Dawud dan Turmudzi, dan dia berkata hadits ini hasan)

Kita perhatikan taujih robbani tentang masalah ini :
Ibnu Ishak meriwayatkan tentang asbabun nuzul 'sebab turunnya' ayat-ayat ini. Disebutkan bahwa setelah orang-orang Quraisy dan sekutu-sekutu mereka (al ahzab) berhimpun dan menggalang kekuatan di perang Khandaq (parit), dan setelah Rasulullah mendengar mereka akan melakukan serangan,…atas ide seorang sahabat 'Salman Al Farisi' … maka Rosulullah menyuruh untuk menggali parit di sekitar Madinah. Rasulullah pun ikut terlibat langsung dalam penggalian itu untuk memberikan contoh dan menyemangati kaum mu'minin untuk mendapatkan pahala. Maka orang-orang yang beriman ikut serta bersama Rasulullah dan berlomba-berlomba.
Namun ada beberapa orang munafik yang setengah-setengah dan terlambat datang bersama Rasulullah dan kaum mu'minin dalam membuat parit itu. Mereka hanya ikut terlibat dengan sekedarnya dan pekerjaan yang sangat kecil/ringan. Kemudian mereka mencari-cari celah untuk pergi ke rumah-rumah mereka tanpa sepengetahuan Rasulullah dan juga tanpa izinnya.

Sementara itu orang-orang yang beriman bila ada hajat yang harus ditunaikan, dia menyebutkan hajat itu di hadapan Rasulullah dan meminta izin untuk menunaikan hajatnya tersebut. Maka Rasulullah pun memberikannya izin. Bila dia selsai menunaikan hajatnya, maka diapun segera kembali menerusakan pekerjaan mengali parit, karena ingin mendapatkan pahala dan mengharapkan kebaikan. Allah pun menurunkan ayat kepada orang-orang beriman itu, sebagaiman ditulis pada surat An Nuur : 62.
"Sesungguhnya yang sebenar-benar orang mukmin ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sesungguhnya orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad) mereka itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Allah berfirman kepada orang-orang munafik yang mencari-cari celah untuk pergi ke rumah-rumah mereka tanpa sepengetahuan Rasulullah dan juga tanpa izinnya. Hal ini dapat dilihat dari ayat 63-nya :
"Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih."
Apapun sebab turunnya ayat-ayat ini, ia tetap mengandung adab-adab mental yang mengatur komunitas orang-orang yang beriman dengan pemimpin mereka. Urusan komunitas orang-orang yang beriman tidak akan pernah beres sebelum adab-adab ini melekat dalam perasaan-perasaan, kecenderungan-kecenderungan mereka, dan lubuk-lubuk hati mereka yang paling dalam. Kemudian adab-adab itu juga harus bersemayam dalam kehidupan komunitas orang-orang yang beriman, sehingga menjadi panutan dan aturan yang dipatuhi. Bila tidak tercipta, maka yang akan terjadi adlah kekacauan yang tiada terhingga.

Dalam ayat 62 tadi dikatakan bahwa, bukanlah orang beriman, orang-orang yang hanya berkata dengan mulut mereka, namun tidak membuktikannya dengan tanda-tanda kesejatian perkataan mereka dan mereka tidak taat kepada Allah dan Rasulullah.
"… apabila mereka berada bersama-sama Rasulullah dalam sesuatu urusan yang memerlukan pertemuan, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya…"
Urusan bersama adlah urusan yang sangat penting, yang membutuhkan keikutsertaan semua komponen dalam jamaah, untuk mengatasi sebuah pandangan atau peperangan atau pekerjaan umum yang dilakukan bersama-sama. Orang-orang yang beriman tidak akan pergi meninggalkannya sampai mereka meminta izin kepada pemimpin mereka. Sehingga urusan tidak menjadi kacau tanpa kestabilan dan keorganisasian.

Orang-orang yang beriman dengan iman seperti ini dan berperilaku dengan adab seperti ini, tidak akan pernah minta izin kecuali untuk sebuah urusan yang sangat darurat dan penting. Mereka memiliki daya selektivitas dan pencegahan dari iman dan adab mereka yang menjaga mereka dari bersikap berpaling dari urusan bersama itu yang telah mengusik hati semua jamaah dan mengharuskan mereka sepakat atas semua keputusan bersama. Bersama dengan ini, alqur'an tetap meletakkan hak memberi izin atau tidak, kepada pendapat Rasulullah sebagai pemimpin jamaah. Hal itu dianugerahkan kepada Rasulullah setelah setiap individu diberi hak yang sama dalam meminta izin.
"… maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena sesuatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang kamu kehendaki di antara mereka…"
(Rasulullah telah disalahkan oleh Allah karena memberi izin kepada orang-orang munafik sebelumnya, maka Allah berfirman kepada beliau dalam surah at-Taubah ayat 43,
"Semoga Allah mema'afkanmu. Mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta?"

Allah memberikan hak penuh kepada pandangan Rasulullah. Bila beliau ingin mengizinkan, maka hak beliau untuk mengizinkannya. Dan, bila beliau tidak ingin memberikan izin, juga merupakan hak hak beliau. Allah menghilangkan perasaan bersalah dari Rasulullah karena tidak memberikan, walaupun kadangkala di sana ada kebutuhan yang sangat mendesak. Jadi kebebasan sepenuhnya diberikan kepada pemimpin dalam menimbang antara maslahat orang tetap berada di tempat tugasnya dan maslahat bila dia pergi meninggalkannya. Seorang pemimpin diberikan keleluasaan untuk menentukan keputusan dalam masalah kepemimpinan ini sesuai dengan pandangannya.
Dari sini tersirat bahwa keputusan untuk meninggalkan kepentingan darurat itu; dan tidak pergi meninggalkan tugas itulah yang paling utama. Meminta izin dan pergi meninggalkan tugas dalam kondisi itu merupakan kesalahan yang kemudian membuat nabi SAW harus memohon ampunan bagi orang-orang yang memiliki uzur.
"…dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Dengan permohonan ampunan itu, ia mengikat hati orang-orang yang beriman. Sehingga, mereka tidak berusaha meminta izin walaupun punya pilihan untuk itu, karena mereka mampu menguasai uzur yang mendorongnya untuk meminta izin.
Kemudian Allah memperingatkan orang-orang munafik dari sikap mencari-cari celah dan pergi meninggalkan Rasulullahtanpa izin, dengan berlindung kepada sebagian teman mereka yang lain dan saling menyembunyikan diri. Mereka harus yakin bahwa mata Allah selalu mengintai mereka, walaupun mata Rasulullah tidak melihat mereka.
"…Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya)…"

Ungkapan itu menggambarkan tentang upaya melepaskan diri dan mencari-cari celah dari perhatian majelis. Di situ jelas tergambar ketakutan mereka untuk berhadapan, serta kehinaan gerakan dan perasaan yang menimpa jiwa-jiwa mereka.
"…maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih."

Jadi, ternyata meminta izin adalah simbol komunikasi yang efektif, sementara komunikasi adalah alat yang penting dalam bekerja secara kelompok. Kelompok yang membiasakan minta izin terlebih dahulu, menunjukan pribadi dan kelompok yang solid dan memiliki aturan main.
Adab minta izin ini sangat terkait dengan disiplin, sistem, dan aturan jamaah serta ketaatan kepada pemimpin. Jika kita menyepelekan hal 'meminta izin' ini, maka keinginan menjadi jamaah yang solid, sulit untuk diwujudkan.
Wallahu a'lam.
MARAJI’
1. Al Qur'an al-karim
2. Fiqh Shirah
3. Sikap Mata, Jilid II


Sumber : http://ayo-tarbiyah.blogspot.com/2009/09/adab-al-istidzan.html

Sabtu, 19 Januari 2013

Jalan-Jalan Sejarah

Jalan-jalan yang bersejarah dalam Hidup seoarang Mar'atul Muti'ah

Wilayah Samarinda
  1.  Jl. Penogoro: rumah EmbahQ yang hampir tiap hari ahad aku kesana
  2.  Jl. Abul Hasan: jalan yang sering aku lewati kalau aku mw kerumah embah
  3. Jl. Panglima Suryanata Air Putih:Rumah ortu tepatnya gang firdaus
  4. Jl. teluk lerong: tempat sekolahku dulu berada, yaitu SD Muhammadiyah 2
  5. Jl. Antasari: jalan yang harus aku lalui kalau abi ngantar sekolah, sampe pernah... suatu hari gak inget berapa kali motor abi,,, tapi dinas.... he udah usam alias tua... mogok gak keitungan, sampe aku sampe disekolah terlambat...Alhamdulillah dapet dipen, siangnya abi teraktir
  6. Jl.pramuka: tempat kosQ,yah.. mule dari jalan rusak ampe sekarang Alhamdulillah udah disemen
  7. Jl.MT Hariyono: jalan yang udah bosen banget kulewati.. kalo pergi kekampus
  8. Jl.Banggris: tempatkosQ yang kedua(kos Nenek Maryam)
  9. Jl. yang ada di Loa Duri: tempat yang Amazing... to Loa Kumbar.. KKN is KKD bro..^_^
  10. Jl.Sultan Alimuddin: tempat PPL
  11. Jl.Suryanata tapi mash terus sampe Ruhamma: jalan kerjaan sampingan, jemput tante kerja di TK I Ruhamma... and sekarang tempat aq...tit.... (sensor)dan kejadian yang luar biasa... kejadian berdarah dihari raya idul fitri beberapa tahun lalu juga terjadi dijalan ini
  12. Jl.Juanda :pastinya aku harus ngelewatin juanda kalo mw ke lovey campus

Kamis, 17 Januari 2013

Yeeeeeeeeee..... Alhamdulillah...

Akhirnya setelah beberapa hari gak bisa ngepost..br sekarang dah akhirnya bisa... Alhamdulillah... sesuatu...^_^ makasih ya Allah....
Bwt umiQ cantik, abiQ cakep... maafkan kelakuan anakmu ini sehingga kemarin telah mengkhawatirkan kalian dengan sangat gara2 HPq... sampe umi harus ngubungin mba Aita yang udah gak disamarinda lagi, bu TOse, mb yeni, Ning ana... deElEl untuk memastikan keberadaanku...Afwan Jiddan Umiiiiiiiii....
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
www.maratulmutiah.blogspot.com
HAiiiiiii