Jumat, 11 Desember 2015

Cara Menulis Opini dan Menembus Koran

Cara Menulis Opini dan Menembus Koran

Banyak penulis ingin melihat tulisan opini mereka terbit di media masa tertentu. Hanya saja tidak semua opini yang mereka kirimkan diterima. Saking seringnya ditolak, banyak penulis (penulis pemula khususnya) putus asa lalu memutuskan untuk tidak mengirimkan tulisan mereka lagi. Lalu muncullah anggapan bahwa menulis opini itu susah. Benarkan demikian? Lalu bagaimana cara menulis opini dengan baik sehingga bisa menembus koran?
Beropini Itu Mudah
Sebenarnya menulis opini itu tidak susah. Anda bisa menyelesaikannya dengan mudah dan sangat cepat. Tidak percaya! Teruslah membaca.
Kita yang bernama manusia adalah makhluk pembicara. Kita sangat suka bicara dan tentu juga sudah sangat sering beropini, bahkan hampir tiap hari. Coba perhatikan kebiasaan kita sehari-hari. Ketika nonton berita, kita sering berkomentar terhadap perilaku orang yang ada di dalam berita itu. Misalnya kita sering geram dengan ulah pemimpin yang tidak adil, kita spontan mengkritiknya, “Gimana sih si (pejabat) ini, marah-marah melulu. Padahal banyak cara yang bisa diselesaikan dengan tidak marah-marah.”
Kita juga biasa sebel dengan siaran televisi kita yang banyak menayangkan program tak bermutu, lalu kita mengkritisinya, “Siaran nggak mutu, dangdutan, cinta-cintaan, ngakak-ngakak,  bikin rusak generasi.”
Atau kita juga sering kesal sama teman kita yang curang dalam bisnis, lalu kita tulis isi hati kita di Facebook , “Teman jangan makan teman, yang dimakan itu nasi biar perut kenyang.”
Kita sering sekali memberi reaksi atau kritisi atau sikap diri terhadap setiap apa yang kita lihat, dengar dan rasa. Sebab kita manusia memang begitu, senang sekali mengritik. Nah, sebenarnya “hobi” mengritik kita itu adalah modal awal untuk menulis opini. Tinggal ditindak lebih serius dalam bentuk tulisan.
Saatnya Menulis
Daripada kritikan hanya kita teriakkan di dalam hati saja atau untuk sekedar melampiaskan emosi atau kita obrolkan untuk teman dekat saja, itu kurang dahysat dampaknya. Agar kita bisa berbagi lebih banyak manfaat kepada banyak orang, tulis dan kirimkan ke koran.
Ketika tulisan kita akan kita jadikan konsumsi umum, maka kita harus menyiapkannya dengan baik. Dan ada tiga point penting dalam menulis opini, dengan memahaminya dengan baik  kita bisa menulis opini dengan mudah.
1. Sudut Pandang. Sudut pandang dalam opini biasanya bicara tentang nilai-nilai yang kita jadikan pegangan untuk membahas sesuatu dan atau pisau bedah yang kita pakai untuk menganalisa sesuatu.
Lain orang lain pula sudut pandangnya. Kita memiliki sudut pandang yang berbeda-beda tergantung posisi dan kondisi kita; keyakinan dan ilmu kita; pengalaman dan pergaulan kita. Perhatikan gambar rombongan pengendara onta di bawah ini, dilihat dari depan gagah sekali, tapi bila dilihat dari belakang-bawah, (maaf) menjijikkan. Itulah sudut pandang, lain sudut pandang lain pula penilaian.
unta3Orang yang pro Obama akan menganggap obama sebagai pahlawan karena telah memerangi teroris. Tapi sebaliknya orang yang benci sama Obama akan menganggap Obamalah teroris dan penjahat perang karena telah banyak nyawa yang melayang karena invasinya di banyak negara.
obamaOrang yang anti kenaikan BBM akan menuduh penguasa yang zalim karena dengan kenaikan BBM semua harga naik dan mereka semakin tercekik. Tapi bagi mereka yang pro kenaikan BBM akan membuat seribu bujukan untuk membela keputusan  yang mereka anggap sebagai keputusan yang logis di tengah melemahnya keuangan negara.
Tiap kita punya sudut pandang yang unik, dan itu adalah alat kita membangun sebuah opini. Gunakan keunikan kita agar opini kita juga unik, khas.
Lalu bagaimana cara kita menggunakan sudut pandang kita dalam menulis opini? Jawabnya: gunakan kemampuan (ilmu, pengalaman, keyakinan) yang anda miliki.
Misalnya anda adalah anak SMA (yang ilmunya masih belum setinggi bintang di langit). Dan anda ingin protes tentang kenaikan BBM. Maka, sebelum menulis opini, hal pertama yang perlu anda lakukan adalah mendudukkan diri anda semestinya, secara wajar: seorang pelajar (bukan sebagai seorang ahli).
Sebagai seorang pelajar, cukup ambil sudut pandang diri dan lingkungan anda sendiri, jadilah diri anda sendiri: sebagai siswa yang kena dampak negatif kenaikan BBM, misalnya. Setelah mendudukkan sudut pandang anda, tahap berikutnya adalah menentukan ruang lingkup pembahasan.
2. Ruang Lingkup yang Sempit. Opini adalah tulisan pendek siap saji, ia seperti cerpen, pembaca sangat suka membacanya karena mereka bisa melumatnya sekali duduk. Jadi buatlah skup yang sempit dan jelas agar pembaca bisa mengambil benang merahnya.  Bahkan kita bisa membahasnya berdasarkan pengalaman yang kita rasakan sendiri.
Bila anda adalah anak SMA tadi, maka anda bisa membahas opini anda dalam lingkup yang anda kuasai, misalnya anda batasi bahasan anda hanya pada lingkup sekolah anda saja. Ya, semakin sempit linkupnya semakin baik. Kemudian kemukakan argumen anda dan dukung ia dengan fakta.
3. Argumen yang Kokoh. Untuk mendukung argumen kita, ada baiknya kita gunakan data dan fakta yang memadai. Argumen yang kuat harus mengakar pada sumber yang kuat. Sumber argumen itu bisa berasal dari fakta atau dari teori atau hukum.
Masih permisalan anda sebagai anak SMA di atas, ketika hendak memperkuat argumen “kenaikan BBM menyengsarakan rakyat”,  anda bisa mengangkat (sedikit) fakta berupa perbandingan kondisi uang jajan teman sekolah anda ketika sebelum kenaikan BBM dan setelah kenaikan BBM.
Atau misalnya anda bisa angkat bukti kondisi jumlah transaksi di kantin sekolah anda sebelum dan setelah kenaikan BBM, misalnya. Mungkin ada di antar pemilik kantin itu yang gulung tikar. Anda angkat itu sebagai pendukung argumen anda untuk menolak kenaikan harga BBM.
Ya, ini adalah opini yang unik!
Dalam menembus opini koran, terkadang pihak koran tidak hanya menuntut kekuatan argumen tapi juga keunikan bahasan. Pembahasan seperti di atas tentu menarik. Sebab anak SMA jarang berani mengirimkan opininya ke koran, dan anda juga membahasnya dengan unik, tentang kondisi perekonomian yang seret di sekolah anda karena kenaikan BBM. Dengan keunikan dan logisnya bahasan, mudah-mudahan opini anda bisa diterima nalar pembaca, terutama pihak koran, sehingga opini anda diterbitkan.
Yap, demikian tiga poin penting dalam menulis opini. Berikutnya, kegiatan kita adalah menyusun opini kita dalam bentuk struktur tulisan yang runut dan logis.
Struktur Opini
Biasanya opini itu terdiri dari pembukaan, isi dan penutup. Menulis opini lebih mirip dengan Menulis Artikel, terutama artikel argumentasi. Silakan baca disini tentang cara menulis artikel secara umum (termasuk artikel argumentasi).
Menembus Koran
Keunikan bukanlah satu-satunya bahan pertimbangan pihak koran menerima opini kita. Ada banyak pertimbangan, tiga hal yang paling penting adalah: (1) up to date alias kekinian, (2) kecepatan kita mengirimnya ke pihak koran dan (3) kerapian tulisan.
Opini yang kita tulis harus membahas keadaan terbaru, khususnya kejadian yang paling hangat (kalau bisa yang paling heboh). Sebab itulah inti koran, membahas kejadian setiap harinya. Dan ini harus kita barengi dengan kecepatan kita mengirimkan opini kita ke koran, sebab kalau telat nanti sudah diserobot sama yang lain yang lebih dulu. Dari itu, kecepatan juga dibutuhkan selain kebaruan dan keunikan.
Dan sebelum kita kirim, kita harus merapikan dulu tulisan kita, perlu ada sedikit pekerjaan edit-mengedit kata yang salah ketik. Sebab pihak penyeleksi sangat malas mengedit, sebab ada ratusan opini baru yang masuk ke mereka tiap harinya. Bila mereka milihat ada kata-kata yang salah ketik, akan sangat mungkin tulisan kita disingkirkan.
Tidak Tembus Koran Bukan Berarti Kiamat
Kebanyakan penulis pemula (termasuk saya dulunya) memanfaatkan koran sebagai wadah uji coba kualitas tulisan mereka. Bila tulisan mereka terbit berarti kualitas tulisan mereka sudah baik dan bila tidak terbit, berarti kualitas tulisan mereka tidak baik. Sebenarnya ini adalah anggapan yang salah.
Sebab banyak tulisan yang bagus yang dikirmkan ke koran tapi ditolak sebab, mungkin, kurang kontekstual, atau ide anda tidak satu ideologi dengan koran, kurang menarik dibaca, banyak kata-kata yang salah ketik, terlalu panjang atau terlalu pendek, atau karena telat ngirimnya, atau juga salah alamat kirim atau bahkan juga bisa jadi karena pihak yang bertugas mengecek email lupa membuka email opini kiriman anda.
Dari itu, ketika anda mengirimkan opini anda ke koran ternyata ditolak, maka jangan berkecil hati, mungkin kesalahan bukan pada diri anda. Lagi pula banyak penulis yang telah menerbitkan banyak karya tulis, bahkan ada yang bukunya menjadi best seller tidak pernah menembus media koran. Jadi bagi anda yang karyanya selalu ditolak jangan merasa rendah diri. Anda tetap bisa menciptakan tulisan yang bagus.
Tulisan yang bagus tidak tergantung pada tembus koran atau tidak. Tulisan yang bagus adalah tulisan yang alur berpikirnya logis, yang bermanfaat untuk orang banyak, yang orang butuh, yang bisa memberi nilai tambah untuk hidup orang, yang bisa memotivasi, yang bisa mencerahkan, yang bermutu.
Yap, demikian tulisan pendek seputar cara menulis opini. Semoga bermanfaat. Terima kasih telah sudi mampir :)

Sumber : caramenulisbuku.com/cara-membuat-opini/cara-menulis-opini.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
www.maratulmutiah.blogspot.com
HAiiiiiii